Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2024

Layu sebelum kembang

Ingatanku yang lahir di masa remaja, ketika hari-hari terasa sederhana namun meninggalkan jejak yang panjang. Saat masih berseragam sekolah, pertemuan dengan teman sebaya sering menghadirkan rasa yang tak pernah direncanakan. Dari tatapan singkat hingga percakapan ringan, semuanya menjadi bagian dari perjalanan hati yang baru belajar mengenal debar pertama. Di dalam lingkaran persahabatan yang hangat, tersimpan kisah yang tumbuh alami, tanpa banyak hiasan. Senyum seorang sahabat yang selalu setia menemani, gurauan yang mengalir apa adanya, hingga perasaan yang diam-diam bertumbuh semuanya menyatu, membentuk ingatan yang tak mudah dilepaskan. Setiap momen kecil pada masa itu menjelma bagian dari cerita yang berharga. Ketika keberanian akhirnya dikumpulkan, tibalah saat hati ingin berkata jujur. Peristiwa sederhana di sudut sekolah menjadi titik yang selalu teringat, bukan karena hasilnya yang berakhir bahagia, hanya... di sanalah kata-kata pernah diucapkan dengan sungguh-sungguh. Itulah...

Air mata seorang penjahat

Kisah Si Poltak, Anak na Lilu “Selamat ya, Pak... Semoga ke depan menjadi lebih baik. Kiranya Tuhan selalu menyertai langkah Bapak.” Begitulah ucapan lirih dari seorang sipir penjara, menyematkan harapan pada Poltak, seorang pria lajang, sederhana, yang baru saja menuntaskan tujuh tahun masa hukumannya. Saat melangkah keluar dari gerbang penjara, Poltak menarik napas panjang. Ada kelegaan yang tak bisa disembunyikan. Tujuh tahun ia hidup dalam tempa dan gelisah, mencoba mengenali dirinya, menakar penyesalan dan menumbuhkan harapan. Kini ia bebas. Tapi hatinya tertambat pada satu kerinduan yang tak bisa ditunda lagi, ia ingin pulang. Ia ingin bertemu Ibunya. “Mak... putramu pulang. Ini aku, Mak. Ampuni anakmu ini...” Ia bersimpuh, tubuhnya gemetar, air matanya mengalir tanpa henti. Dalam diam, ia mengingat luka-luka lama yang pernah ia goreskan, dan betapa dalam penyesalannya. Sang Ibu tak berkata banyak. Ia hanya merentangkan tangannya, lalu memeluk anak bungsunya erat-erat. “Sudahlah,...

Berat Sebelah

Disada tingki borhat ma sada Ina laho mandapothon boru dohot ianakhonna na naung marbogas diparserahan, ia dung sahat Inatta on dinaribur nunga hape paimahon hela na manomu haroro nai.  “Wee horas inangg, boha do pardalananni halak inang, tabo do na i pesawat inang?.” songoni ma sukkun sukkun ni hela nai, huhut i handit helanaotteng ma koper dohot sude bogasanni inantta on.  “..songoni ma amang hela, ai sehera na mabiar do au bah, herana sappak do mudarhu poang”. Sambil sihela mengangkati barang bawaan siibu mertua untuk dimuat pada bagasi mobil Pajero sport yang dibeli sihela setahun yang lalu.  Setibanya dirumah, siibu disambut boru dan kedua cucunya. “oohoo oppung..”, teriak sang cucu menyambut oppung borunya. Dinapiga piga ari ma nian inanta on tinggal dibagas ni boru dohot hela nai, tung mansai diranapi do hinaburjuanni hela nai. tibu manogot sai olo do hela nai mangurupi boru na mangalopa, manussi piring, huhut paias jabu. “songoni do sipata hela, sebagai suami istr...

Part 1—anganya parcendol

Disambut angin lembut dan sejuk, sekira pukul 19.30 kami berdua sampai pada kota kecil ditepian danau yang indah. dia adalah istriku, yang sepanjang jalan tertidur pulas dan membiarkanku menyetir sorangdiri, meski begitu aku tetap semangat dan bahagia, sebab akan bertemu dengan bapa ibu orangtua yang kami sayangi. ceritanya, inang simatua bertelepon dngn borunya[istriku] 3 hari yg lalu, bermaksud mengundang, sebab ada kenduri yang harus dihadiri, karna itulah kami ada dikota ini.  sesudah perbincangan lebar dgn bapak ibu mertua, akupun mengantuk, karena perjalanan panjang hari ini cukup menguras tenaga, penerbangan pagi dari bandara YIA dan tiba siang hari di KNO agak membuatku lelah, ditambah harus mengendarai mobil sampai kerumah ini.  jadi ku tidurkanlah dilantai beralas karpet permadani, maksudku mau istirahat sebentar aja. eh tiba tiba siadek [Istriku] bilang begini, 🌹 : "bang, unang attong disi ho modom, atik boha annon marroan angka pamili gabe hurang daini na modom i...

Enjoy enjoy saja!

“Brakkkkhh..!” tiba tiba motor revo yang ku naiki ditabrak saat aku bermaksud ingin menyeberangi ramainya jalanan sore itu.  “Waduhh.. ga apa apa mas?” tanya seorang driver ojol yang kebetulan melintas. Dia menegakkanku, aku berusaha menahan sakit, “hhh yah gaapa apa pak, maturnuwun njjih”, demikian aku meyakinkannya. Tak berapa lama, orang yang menabrakku datang. “mas.. ini bagaimana?? motor saya sehancur iniloh..!”, dengan nada tinggi dia berusaha untuk mengintimidasi dan meminta pertanggungjawaban.  “Duduk dulu mas, saya Damanik,, jenengan??” demikian aku menyapanya. dia tidak menyebutkan namanya sebagai mana tanyaku. sambil membersihkan luka gores didengkul dan siku kiriku, aku menawarkannya air putih yang tersedia dalam tas ranselku. “Masnya mau kemana taa, kok ngebut dan tergesa gesa begitu??”, tanyaku penasaran. “saya baru pulang kampus mas, mau balik ke indekost, tiba tiba masnya menyeberang, ya saya kaget”. pungkasnya dengan nada kesal.  “Masnya ga lihat ya bapak...